Karakter diri adalah hal yang
fundamental dalam setiap diri manusia, seperti sebuah ungkapan yang berbunyi Knowledge is Power but Character is More.
Karakter menentukan bagaimana seseorang berperilaku, menjalin hubungan antar
personal serta memberi pengaruh pada sudut pandang atau cara pikir seseorang
dalam berbagai hal. Karakter dapat dikatakan sebagai jiwa atau roh yang mengisi
raga dari seorang manusia dan karakter itu akan lebih banyak dibentuk secara
sengaja oleh masing-masing manusia itu sendiri.
Memang
banyak cara untuk bisa membentuk sebuah karakter diri yang ideal namun yang
sering dilupakan adalah tak banyak individu yang mau untuk mengenal karakter
diri mereka masing-masing. Padahal untuk membentuk karakter diri hal yang paling
dasar dan menentukan adalah bagaimana seseorang mampu untuk mengenal dirinya
sendiri dan menganalisis karakter diri mereka masing-masing. Pengenalan diri
ini akan meningkatkan efektifitas dari setiap pembentukan karakter yang
dilakukan karena tak semua cara-cara pembentukan karakter sesuai dengan
karakter diri masing-masing.
Mengambil salah satu cara dalam
psikologi jawa bahwa untuk bisa jauh mengenal diri sendiri adalah dengan mawas
diri. Mawas diri dapat dipahami sebagai upaya untuk memahami diri sendiri,
keinginan-keinginan sendiri, dan susah senangnya sendiri. Mawas diri ini jika dilakukan
dengan benar maka selanjutnya akan menuju tahap pemahaman diri, penyerahan diri
serta pada akhirnya sampai pada penyadaran diri. Tidak mudah memang untuk
menjadi seorang pribadi yang mawas diri, banyak kendala bagi seorang manusia
untuk bisa menjadi seorang yang mawas diri.
Manusia pada dasarnya cemas dan khawatir
untuk meneliti diri mereka sendiri, mereka cemas dan khawatir menemukan
kenyataan-kenyataan diri yang tidak menyenangkan. Seseorang akan cenderung
menghindari ketika mereka menemukan kelemahan mereka, berusaha untuk
menutupinya dan menyembunyikannya jauh di dalam pikiran mereka sehingga orang
lain tak akan melihatnya. Padahal untuk bisa mawas diri atau meneliti lebih
jauh tentang diri sendiri dibutuhkan keterbukaan pada diri sendiri, dibutuhkan
penerimaan diri dan menerima apa adanya semua yang ada dalam diri sendiri
sekalipun itu adalah hal yang buruk. Untuk mampu mengenal dan menerima diri
sendiri memang diperlukan langkah-langkah nyata dalam rangka untuk memahami
lebih jauh tentang diri sendiri.
Melakukan perbincangan dengan diri sendiri
bisa menjadi salah satu langkah untuk mengenal jauh tentang karakter diri.
Perlu rasa bebas, perhatian terpusat yang artinya kini di sini saya
memperhatikan dulu saya di sana atau yang lebih mudahnya dapat diartikan
sebagai sebuah perenungan yang reflektif untuk melihat jauh ke dalam tentang
karakter diri.
Perenungan diri ini dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri seperti misalnya,
siapakah saya? Bagaimana saya bisa menjadi seperti diri saya sekarang ini?
Bagaimana saya ketika berhubungan dengan orang lain? Mengapa saya ada di dunia
ini? Apa tujuan hidup saya? dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan itu nantinya
akan direnungkan dan dipikirkan untuk pada akhirnya menemukan jawaban-jawaban
yang tentunya tidak memuaskan tetapi setidaknya membuka jalan untuk mengenal
lebih jauh tentang diri sendiri.
Jawaban-jawaban itu akan menuntun lebih
dalam untuk mengenal karakter diri apa saja yang dimiliki, karakter yang baik
maupun karakter yang buruk. Selanjutnya akan ada perenungan lebih jauh lagi
untuk meneliti karakter diri itu secara objektif dan sebagaimana adanya.Dari
perenungan tentang karakter diri itu maka selanjutnya seorang individu akan
bisa jauh mengenal dirinya sendiri dan tentunya itu akan berguna dalam
pembentukan karakter seperti apa yang diinginkan di masa yang akan datang.
Ketika masing-masing individu sudah
mengetahu karakter diri mereka masing-masing maka selanjutnya mulai masuk pada
tahap pengembangan karakter. Ada banyak pembahasan mengenai karakter ideal apa
saja yang bisa dibentuk seperti misalnya karakter seorang pemimpin yang
memiliki kharisma yang digagas oleh John C Maxwell. John C Maxwell menyebutkan
bahwa ada 4 karakter seorang pemimpin yang berkharisma yaitu mencintai
kehidupan, menghargai orang lain, membangkitkan harapan, dan mau berbagi.Tak
hanya itu ada pula karakter yang ideal adalah mereka yang disiplin, tegas, arif
dan bijaksana, serta memiliki rasa empati pada orang lain.
Pada akhirnya pembentukan karakter itu
memang diperlukan untuk membentuk seseorang yang bisa berguna bagi sesama.
Karakter diri itu juga nantinya akan ikut menentukan karakter sebuah bangsa.
Maka agar dapat membentuk sebuah karakter yang ideal tentunya harus melakukan
hal yang sangat mendasar yaitu
pengenalan dan pemahaman mengenai karakter diri masing-masing terlebih
dahulu. Dari pengenalan karakter diri
itu maka selanjutnya akan lebih mudah dalam hal pembentukan karakter seorang
individu dan itu tentunya dimulai dengan
keterbukaan dalam menerima cerminan diri.
Daftar
Pustaka
Jatman, Darmanto. 2011. Psikologi Jawa. Yogyakarta: Yayasan
Kayoman.
Pearson, Pat. 2006. Stop Self-Sabotage. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Setyono,
Ariesandi dan Adi W.Gunawan. 2007. Manage
Your Mind for Success. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Soedarsono,
Soemarno. 2005. Hasrat untuk Berubah. Jakarta: PT
Elexmedia Komputindo.
Winarti,
Euis. 2007. Pengembangan Kepribadian. Yogyakarta:
Graha Ilmu.